Tuesday, April 10, 2007

Ini dia yang cewek/cowok inginkan

SEBETULNYA APA SIH YANG KITA INGINKAN?

Dalam suatu survey yang melibatkan lebih dari 15 ribu cewek dan cowok umur 17-60 tahun, terungkap apa yang cewek inginkan dari partner long-termnya dan apa yang cowok pikir cewek inginkan.

A. Yang cewek inginkan:
1. Kepribadian
2. Humor
3. Sensitivitas
4. Kepandaian
5. Bodi yang bagus

B. Yang cowok pikir cewek inginkan:
1. Kepribadian
2. Bodi yang bagus
3. Humor
4. Sensitivitas
5. Wajah yang tampan

Studi ini menunjukkan bahwa cowok sebenernya cukup mengerti apa yang cewek-cewek inginkan. Sekarang kita lihat apa yang cowok inginkan dan apa yang cewek pikir cowok inginkan.

C. Yang cowok inginkan:
1. Kepribadian
2. Wajah yang cantik
3. Kepandaian
4. Humor
5. Bodi yang bagus

D. Yang cewek pikir cowok inginkan:
1. Wajah yang cantik
2. Bodi yang bagus
3. Dada yang besar
4. Pantat yang ok
5. Kepribadian

Ternyata cewek kurang tahu kriteria yang cowok-cowok inginkan sebagai partner hidupnya. Cewek membuat asumsi berdasarkan tingkah laku yang mereka lihat atau dengar tentang cowok, yaitu cowok yang matanya terbelalak dan mulutnya terbuka kalau melihat bodi cewek.

Daftar A adalah kriteria jangka pendek dan panjang dari apa yang cewek inginkan dari pasangannya. Sementara untuk cowok, daftar D adalah apa yang dia cari pertama kali ketika bertemu dengan cewek, tapi daftar C adalah apa yang dia cari untuk hubungan jangka-panjang. Jadi gimana donk???

Jadi bisa disimpulkan kalo cowok-cewek itu memang makhluk paling unik yang Tuhan ciptakan, dan butuh pengertian dari kedua pihak supaya komunikasi dan hubungan cintanya bisa langgeng.

versi selengkapnya klik disini

Ingat - ingat !!

Kubur Setiap Hari Menyeru Manusia Sebanyak Lima (5) Kali ....

1. Aku rumah yang terpencil,maka kamu akan senang dengan selalu membaca Al-Quran.
2. Aku rumah yang gelap,maka terangilah aku dengan selalu solat malam.
3. Aku rumah penuh dengan tanah dan debu,bawalah amal soleh yang menjadi hamparan.
4. Aku rumah ular berbisa,maka bawalah amalan Bismillah sebagai penawar.
5. Aku rumah pertanyaan Munkar dan Nakir,maka banyaklah bacaan "Laa ilahaillallah, Muhammadar Rasulullah", supaya kamu dapat jawapan kepadanya.

Lima Jenis Racun dan Lima Penawarnya .....

1. Dunia itu racun, zuhud itu obatnya.
2. Harta itu racun,zakat itu obatnya.
3. Perkataan yang sia-sia itu racun, zikir itu obatnya.
4. Seluruh umur itu racun, taat itu obatnya.
5. Seluruh tahun itu racun, Ramadhan itu obatnya.


Nabi Muhammad S.A.W bersabda:

Ada 4 di pandang sebagai ibu, yaitu :

1. Ibu dari segala OBAT adalah SEDIKIT MAKAN.
2. Ibu dari segala ADAB adalah SEDIKIT BERBICARA.
3. Ibu dari segala IBADAT adalah TAKUT BUAT DOSA.
4. Ibu dari segala CITA CITA adalah SABAR.

Berpesan-pesanlah kepada kebenaran dan kesabaran.
Beberapa kata renungan dari Qur'an :

Orang Yang Tidak Melakukan Solat:

Subuh : Dijauhkan cahaya muka yang bersinar
Zuhor : Tidak diberikan berkah dalam rezekinya
Asar : Dijauhkan dari kesihatan/kekuatan
Maghrib : Tidak diberi santunan oleh anak-anaknya.
Isyak : Dijauhkan kedamaian dalam tidurnya

Tuhan Sembilan Senti

oleh : Taufik Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai
merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR
merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara- perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah
kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik
petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'im sangat ramah bagi
perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak
merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala
sekolah ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok, di kereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran di toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,


Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling
menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di
dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau
itu, bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang
merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok, di
dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok, di
ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang
goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat
merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, ke mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu'ut
tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan
ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?


Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith.

Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah
dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak
yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai
terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120
orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok
lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba,


Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa
di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,


Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini...

Sebab Cinta

Seorang ibu muda berlari kencang mengejar bis yang berjalan merambat di depan halte di daerah Kebon Nanas, Tangerang, Banten. Saat berlari, ia tidak sendiri. Ia menggendong anaknya yang masih berusia satu tahun. Pundak kecilnya juga masih harus dibebani dengan sekotak alat musik karaoke. Dua beban yang tak menyurutkan laju kencangnya mengejar bis kota, sayangnya bis besar itu hanya menyisakan kepulan asap hitam di wajah wanita pengamen itu.

Si kecil yang digendongnya, hanya bisa menutup mata untuk menghindari kepulan asap yang memerihkan mata. Ia, sungguh takkan pernah mengerti sebab apa dibawa berlari mengejar satu bis ke bis lainnya. Ia, juga takkan pernah memahami, setiap kali ibunya bernyanyi di depan puluhan pasang mata di dalam bis kota. Yang ia tahu hanyalah, terik matahari, atau derasnya hujan, debu jalanan, asap knalpot, aroma bis kota, tatapan iba, dan juga makian penumpang yang terganggu oleh hingar musik ibunya. Semua itu menjadi sahabat sehari-hari si kecil.

Lain lagi dengan pemandangan di Pasar pagi Cikokol, Tangerang, Banten. Pukul 02.00 dini hari, seorang anak berusia tidak lebih tiga tahun terlelap di tengah pasar. Berselimut angin malam, berteman aroma pasar, si kecil tertidur ditemani hiruk pikuk para aktor pasar; penjual dan pembeli. Sesekali mimpinya tergugah oleh klakson mobil, matanya terbuka melihat sekejap sang ibu yang sibuk melayani pembeli. Kemudian terlelap kembali merajut mimpi indahnya.

Anak pasar itu –kalau boleh disebut begitu- tak pernah tahu sebab apa ibunya menyertakannya dalam aktivitas di pasar dini hari itu. Ia tak pernah benar-benar mengerti kenapa dirinya berada di tengah-tengah tumpukan cabai, bawang, tomat dan sayuran setiap pagi dan melihat transaksi jual beli yang dilakukan ibunya. Saat terbangun dan menemani ibunya, cabai, bawang, tomat itulah sahabatnya. Angin pagi yang menusuk menjadi selimutnya, dan aroma tak sedap pasar becek lah yang kerap mengakrabinya.

Di tempat yang berbeda. Seorang ibu di Bogor naik turun KRL (kereta api listrik) menggendong anaknya yang cacat mental dan fisik, padahal si anak sudah berusia belasan tahun. Anak yang takkan pernah mengerti itu, benar-benar tidak tahu, sebab apa ibunya rela menanggung malu mengemis belas kasih dari penumpang kereta. Si anak juga tak pernah bertanya, “beratkah ibu menggendong saya?”

Masih di kereta yang sama, seorang ibu lainnya menggendong anaknya yang berusia tiga tahun. Si kecil yang lucu dan ramah itu, hanya memiliki sebelah tangan. Ia tak dianugerahi tangan kiri dan dua kaki saat terlahir ke dunia ini. Anak itu, tak pernah memahami kenapa di setiap menit selalu ada tetes air mata di sudut mata ibunya. Si kecil selalu tersenyum, meski air muka ibunya tak pernah menyiratkan bahagia. Senyum sang ibu kerap dipaksakan di depan para penumpang kereta, demi sekeping receh yang diharapnya.

***

Anak-anak itu, memang belum akan mengerti sebab apa ibunya mengejar bis kota, mengakrabi malam di pasar, dan menyusuri gerbong demi gerbong kereta api. Yang mereka tahu hanyalah, mereka tak pernah jauh dari ibunya. Yang mereka rasakan adalah kecupan di kening dan wajah setiap kali sang ibu berkesah tak mendapatkan rezeki. Bahasa kalbu ibu berkata, “sebab cinta, ibu melakukan semua ini nak”.

Sungguh, jika tak karena cinta, langkahnya sudah terhenti. Cintalah yang mengajarkannya untuk menghapus kata “lelah” dan “putus asa” dalam kamus hidup seorang ibu. Masih ragu kah dengan cinta ibu? (Gaw)

Menolonglah, Anda pun Akan Ditolong!

Zul, panggil saja begitu. Sahabat dekat satu ini jarang berbasa-basi, jika bicara selalu 'tu de poin' alias langsung ke permasalahan. Seperti hari itu, ia bercerita tentang pengalaman menariknya di perjalanan menuju kantor. Saat itu, ia yang tengah mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi melihat mobil lain yang juga dengan kecepatan yang sama, bermasalah dengan rodanya. Roda mobil tersebut terlihat oleng, namun si pengendara tidak menyadarinya. Zul segera memberi tanda agar mobil tersebut segera menepi khawatir terjadi kecelakaan.

Tak lama kemudian, mobil itu pun berhenti dan memeriksa bagian rodanya. Zul memang hanya berhenti sesaat untuk memastikan si pengendara sudah melihat langsung kondisi rodanya. Ia pun kembali melaju setelah pengendara tadi melemparkan senyum dan acungan jempol pertanda terima kasih.

"Saya lihat, dia tidak sadar kalau rodanya bermasalah. Alhamdulillah saya bisa menolong seseorang hari ini," ujar Zul.

Sore harinya, Zul pergi lagi menuju Bandara Soekarno Hatta hendak mengantar seorang rekan kerjanya. Sesampainya di bandara, ia ditegur seseorang yang memberi tahu bahwa dompet di celananya menyembul dan hampir jatuh. "Alhamdulillah," kata Zul singkat.

Rupanya, Zul tidak sadar bahwa dompetnya hampir jatuh. Kalau pun tidak jatuh, dengan dompet yang menyembul seperti itu, sangat mungkin memancing tangan-tangan jahil untuk menjamahnya. Padahal, di dompetnya tersimpan cukup banyak uang.

"Saya yakin, inilah balasan untuk pertolongan saya kepada pengemudi mobil pagi tadi," ungkapnya terharu.

Ya Zul, boleh jadi demikian. Kita menolong orang lain, Insya Allah kita akan ditolong oleh orang lain.Tidak selalu oleh orang yang bersangkutan, mungkin saja oleh orang yang berbeda. Sebab sudah ada yang mengatur skenario tersebut, semua menjadi rencana Allah. Sebab Allah pun berjanji, sesiapa yang menolong (agama) Allah, maka Allah akan menolong dan mengukuhkan kedudukannya. (Gaw)

Allah Selalu Ada... Yakin deh!

Entah kenapa saya ingin sharing cerita ini. Tiada maksud lain kecuali berbagi pengalaman yang membuat saya semakin yakin, bahwa Allah senantiasa ada disaat kita membutuhkan kehadiran-Nya. Sekali lagi yang ingin saya tegaskan, Allah selalu hadir jika kita membutuhkannya, meski sesungguhnya Allah tidak pernah kemana-mana dan senantiasa di dekat kita. Hanya saja, seringkali kita mengabaikan keberadaannya, atau bahkan sedang 'tidak' membutuhkan-Nya.

Pekan kedua di bulan Februari ini, saya mengalami banyak hal yang cukup menguras pikiran. Ini bukan soal handphone yang hilang, lebih dari itu. Ibu saya sakit dan butuh biaya yang tidak sedikit. Di pihak lain, Ayah (mertua) saya masuk rumah sakit, dirawat dan sudah tentu membutuhkan biaya. Memang tidak hanya saya, anak yang harus menanggung semua biaya tersebut dan biasanya memang tidak demikian. Hanya saja, -saya yakin ini skenario Allah- adik-adik saya, dan juga adik-adik isteri, untuk kali ini tidak bisa maksimal membantu seperti biasanya. Jadilah, sebagian besar biaya itu harus diselesaikan oleh saya.

Saya mencoba tenang untuk mengatasinya. "Insya Allah ada," jawaban saya untuk isteri yang bertanya, "Abang punya uang?"

Alhamdulillah uang di tabungan sudah dikirim untuk membeli obat ibu. Kini giliran mengupayakan uang untuk biaya rumah sakit Ayah. Di pekan kedua Februari itu, mulai bingung memutar otak dari mana mencari uang, padahal tiga hari lalu Ayah sudah boleh pulang. Saya pun teringat satu hal yang membuat optimis bisa mengatasi semua ini. Bulan Februari adalah bulan pembayaran royalti buku saya. "Semoga penerbit tidak telat mentransfernya ya Allah," doa saya.

Senin sore pekan kedua itu, mampir ke ATM untuk cek saldo. Mengernyit dahi ini, melihat saldo tidak bertambah. Berarti belum ada transferan royalti. Saya pun pulang dengan lesu. Dua hari lagi Ayah pulang, uang belum di tangan. Esok malamnya, saya berniat kembali ke ATM, lagi-lagi untuk cek saldo. Sebelumnya, mampir dulu membeli martabak pesanan si kecil. Pada saat menunggu pesanan, tiba-tiba seseorang mencolek lengan saya, "kasihan pak, minta uang pak..." rupanya seorang nenek pengemis.

Ada tinggal satu lembar uang di kantong, karena sebelumnya sudah saya bayarkan ke tukang martabak. "bismillaaah..." yang selembar itulah yang saya berikan ke pengemis tua itu. Sedetik kemudian, meluncurlah sebaris doa, "dimudahkan urusannya, dilancarkan rezekinya, dipanjangkan umurnya..." Tidak menunggu aba-aba, saya segera mengaminkan doa pengemis tua itu.

Memang, doa seperti itu yang saya harapkan. Secepat mungkin saya mengaminkan doa itu, berharap Allah benar-benar memudahkan segala urusan yang tengah merumitkan pikiran ini. Setelah membeli martabak, mampir lah saya ke ATM untuk cek saldo. "Semoga sudah ada," harap saya.

Malang niang nasib lelaki ini. Baru saja memasukkan kartu ATM, rupanya mesin ATM-nya error. Kartu langsung tertelan, sedang hari sudah malam. Tidak bisa complain terhadap petugas bank atau lainnya saya mencoba membenahi hati, "terima kasih Allah telah melatih kesabaran buat hamba" ujar saya dalam hati.

Esoknya, tepat di hari Ayah akan pulang dari rumah sakit. Saya kembali ke Bank tempat kartu ATM saya 'tertelan' untuk mengurusnya. Tak lebih dari lima belas menit, urusan pun selesai. Saat itulah saya menuju ATM lagi, dan "Subhanallah, terima kasih ya Allah..." saya bersyukur habis-habisan. Sejumlah uang yang saya butuhkan untuk biaya rumah sakit nampaknya bukan lagi masalah.

Terima kasih Allah, atas pelajaran berharga di pekan kedua Februari itu. Allah, memang selalu hadir disaat kita memang membutuhkan-Nya. Walau saya pun tahu, andai kita mengabaikan-Nya pun, Dia selalu ada. (gaw)